 MELAKUKAN hubungan seksual pada tiga  bulan pertama memang tidak dianjurkan. Pasalnya, kehamilan pada usia tersebut  belum kuat dan rawan keguguran. Hal itu dibenarkan Dr  Handrawan Nadesul, dokter yang juga pengasuh rubrik kesehatan di sejumlah media  serta penulis kolom dan buku ini.
MELAKUKAN hubungan seksual pada tiga  bulan pertama memang tidak dianjurkan. Pasalnya, kehamilan pada usia tersebut  belum kuat dan rawan keguguran. Hal itu dibenarkan Dr  Handrawan Nadesul, dokter yang juga pengasuh rubrik kesehatan di sejumlah media  serta penulis kolom dan buku ini.
"Pada kehamilan muda berusia  tiga bulan, pasutri masih harus waspada dan sebaiknya tidak melakukan hubungan  intim dulu. Hal ini berlandaskan pada alasan karena tiga bulan pertama merupakan  masa rawan di mana janin mulai terbentuk. Kalau terkena benturan sedikit, janin  rawan keguguran," kata Nadesul kepada okezone  saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Selasa  (20/5/2008).
Meski demikian, menurut Dr  Nadesul, melakukan hubungan intim saat hamil tidaklah membahayakan bila  dilakukan dengan sangat hati-hati. Karena menurutnya, melakukan hubungan intim  sangat dianjurkan untuk memperlancar proses kelahiran.
"Orgasme saat berhubungan  intim itu akan melatih otot-otot rahim untuk berkontraksi. Hal itu akan lebih  mempercepat proses kelahiran," ungkap peraih penghargaan sebagai penulis  surat kabar peduli kesehatan yang diperoleh dari  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, delapan tahun  silam.
Tapi penulis buku Sehat Calon Pengantin dan Keluarga Muda, Seputar Seks  dan Jurus Sehat Tanpa Ongkos itu menegaskan, hubungan intim boleh  dilakukan selama kondisi istri benar-benar dalam sehat dan prima. Artinya istri  terbebas dari bahaya-bahaya seperti keguguran yang berulang.
"Karena kelemahan rahim,  maka biasanya istri akan mengalami beberapa kali keguguran. Pada kondisi ini,  berhubungan seks saat hamil lebih tidak dianjurkan karena akan sangat rentan  untuk terjadinya keguguran janin," imbuhnya.
Keguguran janin, sambungnya,  dapat terjadi karena kontraksi saat melakukan hubungan intim yang akan  membahayakan kondisi kandungan. "Goncangan serta perasaan excited yang terjadi saat melakukan  hubungan intim akan membahayakan kandungan yang lemah," tutur pria ramah  ini.
Lebih lanjut, Dr Nadesul  menjelaskan, bila istri dalam kondisi kandungan yang lemah maka dokter sering  memberi obat penguat. Hanya saja, obat-obatan yang dikonsumsi bukan tidak  berisiko, karena itu tetap harus berdasarkan resep dokter.
"Kalau istri punya riwayat  keguguran berulang kali, maka biasanya dokter akan memberi hormon penguat.  Sementara itu, bila istri tidak pernah memiliki riwayat keguguran sebelumnya,  maka pemberian hormon penguat itu tidak perlu,"  jelasnya.
Karena menurut Dr Nadesul,  pemberian hormon bagaimana pun akan memengaruhi anak, sebab masuk melalui darah.  Hanya saja, pada kasus keguguran, maka resiko tersebut diabaikan. Karena itu,  bila tidak memiliki riwayat keguguran maka tak perlu mengkonsumsi hormon  penguat.
Link Terkait :          
- Posisi Seks Aman untuk Ibu Hamil
- Tanpa Seks Panjang Umur, Benarkah?
- Kesenangan Seksual Tidak Hanya Orgasme
- Perilaku Seks Pria yang Patut Dihindari
- Big Size, Perlukah?
 

 
 Sebelumnya
 Sebelumnya


 Free 
    subscribe articles via Email
Free 
    subscribe articles via Email What 
    is RSS FEED?
What 
    is RSS FEED? 





 Latar belakang pendidikan saya adalah Ekonomi dengan jurusan Manajemen. Saya selalu berusaha untuk melengkapi diri dengan kemampuan-kemampuan dasar (soft skills) berdasarkan konsentrasi studi yang saya tempuh. Sangat berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri terutama apabila hal ...
 Latar belakang pendidikan saya adalah Ekonomi dengan jurusan Manajemen. Saya selalu berusaha untuk melengkapi diri dengan kemampuan-kemampuan dasar (soft skills) berdasarkan konsentrasi studi yang saya tempuh. Sangat berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri terutama apabila hal ...
0 C-O-M-M-E-N-T:
Posting Komentar
Komen donk... blog ini dofollow lho